Abtract
Abstrak
Background and objective:
Tujuan dan Latar Belakang
Drug use type and frequency may affect Anti-Retroviral Therapy (ART) uptake for HIV-infected people who inject drugs (PWID). This paper assesses the association between self-reported baseline drug use and ART among HIV-infected PWID in Indonesia, Ukraine and Vietnam.
Jenis dan frekuensi penyalahgunaan NAPZA dapat mempengaruhi penggunaan terapi antiretroviral (ART) bagi pengguna napza suntik (penasun) yang terinfeksi HIV. Makalah ini menguji asosiasi antara penyalahgunaan NAPZA dan penggunaan ART yang dilaporkan sendiri pada tahap baseline pada penasun yang terinfeksi HIV di Indonesia, Ukraina, dan Vietnam.
Methods:
Metode:
Data on self-reported baseline drug use and ART among HIV-infected PWID at the 26- and 52-week follow-ups were extracted from the HIV Prevention Trials Network (HPTN) 074, a randomized, controlled vanguard study to facilitate HIV treatment for PWID in Indonesia, Ukraine, and Vietnam. Multivariable logistic regression models were fit by study site and the whole HPTN 074 sample, using a 0.5 type I error rate.
Data tentang penyalahgunaan NAPZA dan penggunaan ART yang dilaporkan sendiri pada tahap baseline pada penasun yang terinfeksi HIV serta pada tahap follow-up minggu ke-26 dan minggu ke-52 diperoleh dari the HIV Prevention Trials Network (HPTN) 074, sebuah penelitian randomisasi terkontrol tahap awal yang bertujuan memfasilitasi pengobatan HIV pada penasun di Indonesia, Ukraina, dan Vietnam. Model Multivariable logistic regression diterapkan berdasarkan site penelitian dan seluruh sampel HPTN 074, menggunakan 0,5 tipe I error rate.
Results:
Hasil Penelitian:
The response rate were 83.3% and 77.0% at 26th and 52th weeks. At 26-week, baseline use of over one non-opiate/non-stimulant drug was associated with lower odds of ART use among Indonesian participants (OR = 0.21, 95%CI: 0.05–0.82); and baseline injecting drugs for over 20 days in the previous month was associated with lower odds of ART use among all HPTN 074 sample (OR = 0.59, 95% CI: 0.36–0.97).
Angka respons adalah 83,3% dan 77,0% pada minggu ke -26 dan minggu ke-52. Pada minggu ke-26, penggunaan terhadap satu jenis NAPZA non-opiat/non stimulan, pada tahap baseline, dikaitkan dengan rendahnya peluang penggunaan ART pada partisipan dari Indonesia (OR = 0.21, 95%CI: 0.05–0.82); dan penggunaan NAPZA suntik, pada tahap baseline, selama 20 hari pada bulan sebelumnya dikaitkan dengan rendahnya peluang penggunaan ART pada seluruh partisipan HPTN 074 (OR = 0.59, 95% CI: 0.36–0.97).
Conclusion:
Kesimpulan
The association of a specific drug use pattern with later ART uptake implies the importance of medication-assisted treatment to enhance ART uptake and adherence among participants.
Hubungan antara pola penyalahgunaan NAPZA tertentu dengan penggunaan ART di kemudian hari mengimplikasikan pentingnya pengobatan yang dibantu dengan obat (medication-assisted treatment) untuk meningkatkan penggunaan ART dan kepatuhan minum obat pada partisipan.